Kamu tahu apa yang paling aku ingat
tentang dirimu?
Kesedihan.
Ya, tepat sekali.
Kesedihan menyelinap masuk.
Ia bahkan sampai seperti tidak tahu kemana pintu keluar dari hati.
Aku sempat berpikir,
Alangkah senangnya jika aku dapat melihatmu, lagi.
Setelah sekian lama kita bahkan tak tahu apapun.
Tapi aku salah.
Aku keliru.
Ternyata luka masih membekas.
Luka? Oh?
Luka memberikan rasa sakit yang terus membelenggu hatiku.
Tapi rindu juga menguat didalam hati.
Bagaimana menurutmu?
Tapi kau tahu?
Luka yang menyakitkan,
Juga memberitahukanku bagaimana sebenarnya hatiku.
Bagaimana hatiku terhadap mu.
Dan bagaimana kamu padaku.
Aku melihat masuk kedalam hatimu.
Walaupun kontak mata diantara kita tak terjadi.
Aku menyentuh hatimu.
Hati yang dulu sempat memberiku harapan.
Ternyata,
Ternyata?
Kamu enggan melihat hatimu.
Kamu begitu mantap untuk melemparkan rasamu.
Oh?
Apa aku salah?
Kamu sepertinya sudah bukan kamu yang dahulu.
Hati yang ku sukai sudah lama tiada.
Hati yang ku rindu ternyata sudah mati.
Kini, yang bersemayam di dalam dirimu
Hanyalah pisau yang siap menusuk luka lamaku
Menjadi luka baru, lagi.
Terima kasih, luka.
Karena menyadarkanku bagaimana rinduku dibalas olehnya.
Memang hatiku terluka, lagi.
Ketika matanya bahkan membuang pandangannya terhadapku.
Memang hatiku semakin sakit, lagi.
Pedihnya hatiku semakin terasa saat dia bahkan mengacuhkanku.
Tapi,
Terima kasih, luka.
Cepatlah sembuh.
Segeralah membaik.
Bersabarlah sedikit lebih lama lagi.
Seseorang akan membuatmu lebih hangat.
Seseorang akan menghentikan lebam itu.
Hanya, tunggulah.
tentang dirimu?
Kesedihan.
Ya, tepat sekali.
Kesedihan menyelinap masuk.
Ia bahkan sampai seperti tidak tahu kemana pintu keluar dari hati.
Aku sempat berpikir,
Alangkah senangnya jika aku dapat melihatmu, lagi.
Setelah sekian lama kita bahkan tak tahu apapun.
Tapi aku salah.
Aku keliru.
Ternyata luka masih membekas.
Luka? Oh?
Luka memberikan rasa sakit yang terus membelenggu hatiku.
Tapi rindu juga menguat didalam hati.
Bagaimana menurutmu?
Tapi kau tahu?
Luka yang menyakitkan,
Juga memberitahukanku bagaimana sebenarnya hatiku.
Bagaimana hatiku terhadap mu.
Dan bagaimana kamu padaku.
Aku melihat masuk kedalam hatimu.
Walaupun kontak mata diantara kita tak terjadi.
Aku menyentuh hatimu.
Hati yang dulu sempat memberiku harapan.
Ternyata,
Ternyata?
Kamu enggan melihat hatimu.
Kamu begitu mantap untuk melemparkan rasamu.
Oh?
Apa aku salah?
Kamu sepertinya sudah bukan kamu yang dahulu.
Hati yang ku sukai sudah lama tiada.
Hati yang ku rindu ternyata sudah mati.
Kini, yang bersemayam di dalam dirimu
Hanyalah pisau yang siap menusuk luka lamaku
Menjadi luka baru, lagi.
Terima kasih, luka.
Karena menyadarkanku bagaimana rinduku dibalas olehnya.
Memang hatiku terluka, lagi.
Ketika matanya bahkan membuang pandangannya terhadapku.
Memang hatiku semakin sakit, lagi.
Pedihnya hatiku semakin terasa saat dia bahkan mengacuhkanku.
Tapi,
Terima kasih, luka.
Cepatlah sembuh.
Segeralah membaik.
Bersabarlah sedikit lebih lama lagi.
Seseorang akan membuatmu lebih hangat.
Seseorang akan menghentikan lebam itu.
Hanya, tunggulah.
Komentar
Posting Komentar