Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Ungkapan

Sebuah kata terungkap, Kata yang mungkin tak ingin aku ungkapkan. Oh, tidak. Bukan. Mungkin kata yang tak dapat aku ungkap dengan nyaman? Sebuah kata yang terungkap ketika emosi hadir. Ketika kegelisahan mendera hati. Saat terdesaknya kata diambang pintu. Aku mungkin tidak menyadari, Kata yang ku sembunyikan dapat membuat senyum orang lain, Atau bisa juga membuat tangis. Aku bimbang akan hal itu? Tidak. Oh, jangan! Jangan bimbang. Dengarkan ungkapan hati. Hey, dia ingin bebas. Hati ini ingin bebas. Aku mungkin mendesak hatiku sendiri untuk menyimpan segalanya. Aku merasa nyaman? Sungguh, nyaman akan hal itu? Menyembunyikan segalanya dihati? Tapi bagaimana hatiku? Dia mungkin terluka akibat tumpukan hal yang aku simpan didalamnya. Dengan paksa. Sebuah kata terungkap, Ketika hatiku sudah tak mampu lagi. Tak mampu menyimpannya. Menyimpan sesuatu yang menyakitkan. Meski kadang disuatu malam, hal itu menjadi teman yang sangat manis. ' Aku merindukanmu&

Ramadhan

Aku menata rindu diatas keheningan, malam ini. Aku melamunkan, Bagaimana jika lebih baik waktu berhenti saja saat ini? Saat kita berdua dipersatukan tanpa penghalang. Saat tersenyum bukanlah hal yang sulit. Saat menangis sudah bukanlah menjadi yang melatarbelakangi kesedihan. Aku tertegun dibawah langit yang terhampar bintang ditemani rembulan. Membeku karena dinginnya angin malam. Tapi tetap hangat karena terpapar cahaya sang rembulan. Oh Allah. Tak bisakah Ramadhan diperpanjang? Tali cintaku bersamanya sudah terikat dengan simpul mati. Sulit untuk di buka, lagi. Tapi bagaimana jika ada yang memutuskannya dengan api atau pisau? Aku mencemaskan hal itu. Aku mengaku bukanlah manusia yang mampu bertahan tanpa tergoda sesuatu. Aku masih sering sembunyi - sembunyi melanggar aturan-Mu. Walau aku tahu, Engkau melihatnya. Oh Allah. Ini waktu yang tepat untuk berhenti dan pulang. Seperti Ramadhan, yang akan pulang. Bagaimana bisa Engkau memisahkan aku dengannya, Sed

Jika

Jika setiap rindu dapat diutarakan dengan kata dan terlontar melalui sajak, Berapa bait yang harus ku tulis demi meluapkan rindu padamu? Jika kamu ingin aku menjadi seseorang yang kau sebut 'tipe ideal' mu, Tidak cukupkah aku menjadi 'tipe ideal' mu hanya dengan bermodal doa semoga kamu bahagia? Jika aku terus memikirkanmu seperti ini, Bisa terjaminkah kamu akan menjadi milikku dan takkan berpaling dengan yang lain? Jika aku terus mengganggumu setiap malam dengan doa - doa, Maukah kamu menjadi imamku tanpa ada makmum lain selain aku dan anak kita nanti? Kamu tahu? Betapa lelahnya aku menunggumu disini. Aku tak tahu kamu dimana, siapa. Tapi aku merindukanmu? Akankah kamu juga melakukan hal yang sama? Berdiam diri tanpa menyentuh hati lain, Hanya menunggu dan berdoa agar kamu lekas datang. Menuangkan kata demi kata tentang rindu. Ya, tentang rindu kita. Jika aku ingin terus begini, Hanya berserah pada Allah agar semua urusanmu cepat selesai. Hany

Terima Kasih Luka

Kamu tahu apa yang paling aku ingat tentang dirimu? Kesedihan. Ya, tepat sekali. Kesedihan menyelinap masuk. Ia bahkan sampai seperti tidak tahu kemana pintu keluar dari hati. Aku sempat berpikir, Alangkah senangnya jika aku dapat melihatmu, lagi. Setelah sekian lama kita bahkan tak tahu apapun. Tapi aku salah. Aku keliru. Ternyata luka masih membekas. Luka? Oh? Luka memberikan rasa sakit yang terus membelenggu hatiku. Tapi rindu juga menguat didalam hati. Bagaimana menurutmu? Tapi kau tahu? Luka yang menyakitkan, Juga memberitahukanku bagaimana sebenarnya hatiku. Bagaimana hatiku terhadap mu. Dan bagaimana kamu padaku. Aku melihat masuk kedalam hatimu. Walaupun kontak mata diantara kita tak terjadi. Aku menyentuh hatimu. Hati yang dulu sempat memberiku harapan. Ternyata, Ternyata? Kamu enggan melihat hatimu. Kamu begitu mantap untuk melemparkan rasamu. Oh? Apa aku salah? Kamu sepertinya sudah bukan kamu yang dahulu. Hati yang ku sukai sudah lama t

Tanpa Batas

Aku merindukanmu dipenghujung malam, Ketika semua telah hening, Aku datang kepada-Nya dan membawa namamu bersama rindu dalam panjatan doa. Aku mengagumimu seperti ini, Mungkin aku terlalu egois, Aku mengabaikan semua luka, Dan tetap menyatakan rindu. Aku tak tahu, Bahwa hatiku pada akhirnya harus terluka. Hanya karena merindukan seseorang, Hanya karena menyukai seseorang, Terlebih, orang itu adalah dirimu. Tetapi tetap tanpa batasan, Aku masih berdiri dibelakangmu. Aku menutup mata atas luka. Aku mengesampingkan air mata. Aku menepis rasa sakit yang menyeruak didalam dada. Tanpa batas, Aku merindukan hari bersamamu. Salahku, menaruh hati padamu. Salahku, tak bisa menyerahkanmu pada-Nya selayaknya. Setiap malam, Bintang jatuh membawa pesan; Akhiri. Ya, benar. Semuanya memang kini telah berakhir tanpa aku akhiri. Aku tidak menunggumu lagi. Kini, hanya ada bekas luka disamping rindu yang sama membiru.

Delusi

Luka mencekal rinduku pagi tadi. Menuntut hati untuk membenci. Kisah lalu memang masih mengiringi. Bersama dengan amarah yang mengitari. Hati, Tidakkah kau ketahui? Walau seberapa rasanya benci, Rindu tetaplah menjadi sang penghangat hati. Walau mungkin ada kecacatan dalam meraih mimpi. Tapi sungguh, dia selalu menghiasi hati. Oh, ya. Kamu? Bukankah kamu menyadari? Bahwa semua ini darimu. Rindu, dan juga luka. Aku selalu merindukanmu, seperti pagi tadi. Meski kamu tak mampu merindukan ku lagi. Dan selalu terngiang dalam pikirku, Perkataan terakhir perjumpaan kita. Katamu, semua cerita kita adalah bagian dari delusi ku semata. Begitu kah?

Aku Takut

Setiap hari, Kamu mengetuk hati. Semakin hari, Hatikupun terketuk. Setiap malam tiba, Rindu mulai membelenggu. Oh, menakutkan. Setelah aku coba untuk membiasakan diri, Aku semakin takut. Aku takut, padamu. Ya. Aku takut. Rindu yang merajuk, Memintaku untuk mengintip lebih dalam tentangmu. Rindu yang meronta, Memaksaku untuk terus berfikir tentangmu. Oh, menakutkan! Rasa yang kini tlah hadir, Membuatku merindukanmu sepanjang waktu. Memikirkan dirimu tanpa lelah. Tapi suatu saat, aku tiba disuatu ruang waktu, Kosong, hening, dan aku teringat; Manusia selalu berubah. Manusia kadang tak dapat bertahan dalam satu perahu selamanya. Mereka mudah bosan. Mereka selalu ingin mencoba yang lain. Menakutkan, sekali. Aku takut, Aku takut merindukanmu semakin dalam lagi. Aku takut kamu berubah jua. Dan akhirnya, aku memalingkan wajah. Jodoh, sampai bertemu diwaktu yang tepat. Sampai nanti, tak ada yang perlu ku takutkan lagi. Sampai nanti, kamu dan aku menjadi man