Langsung ke konten utama

Ramadhan

Aku menata rindu diatas keheningan, malam ini.
Aku melamunkan,
Bagaimana jika lebih baik waktu berhenti saja saat ini?

Saat kita berdua dipersatukan tanpa penghalang.
Saat tersenyum bukanlah hal yang sulit.
Saat menangis sudah bukanlah menjadi yang melatarbelakangi kesedihan.

Aku tertegun dibawah langit yang terhampar bintang ditemani rembulan.
Membeku karena dinginnya angin malam.
Tapi tetap hangat karena terpapar cahaya sang rembulan.

Oh Allah.
Tak bisakah Ramadhan diperpanjang?
Tali cintaku bersamanya sudah terikat dengan simpul mati.
Sulit untuk di buka, lagi.
Tapi bagaimana jika ada yang memutuskannya dengan api atau pisau?

Aku mencemaskan hal itu.
Aku mengaku bukanlah manusia yang mampu bertahan tanpa tergoda sesuatu.
Aku masih sering sembunyi - sembunyi melanggar aturan-Mu.
Walau aku tahu, Engkau melihatnya.

Oh Allah.
Ini waktu yang tepat untuk berhenti dan pulang.
Seperti Ramadhan, yang akan pulang.
Bagaimana bisa Engkau memisahkan aku dengannya,
Sedang kami berdua sudah menjadi satu selama sebulan penuh.
Hatiku sakit.

Oh Allah,
Aku akan merindukannya.
Bahkan memikirkan perpisahan kamipun,
Aku sudah mulai merindukannya.
Tak bisakah ia tetap tinggal?

Aku adalah bintang kecil, dan ia adalah sang rembulan yang hangat.
Bagaimana bisa bintang kecil ini ditinggal oleh sang rembulannya?

Dimana lagi kehangatan yang dapat aku rasakan kalau bukan darinya?

Kehangatan yang hanya aku dapatkan darinya, disaat aku hidup diantara dinginnya satelit besar disekelilingku dan diatas langit yang menghampar namun terasa kosong.

Tapi untuk itu,
Aku akan menunggu.
Menunggu sampai ia datang lagi.

Oh Allah.
Izinkan kami bertemu lagi.
Izinkan aku menunggunya dengan rindu.
Aku akan menahan rindu walau pilu.
Aku akan menjaga rindu meski akan terasa sangat menyakitkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seharusnya Tidak Seperti Ini

Aku tidak berbohong, Ketika aku mengatakan tertarik padamu. Aku tidak menyangkal, Bahwa aku memikirkanmu. Tapi setelah terpikirkan kembali, Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Hati dapat terbolak balik. Ketika matahari terbenam, Rinduku tidak ikut membenamkan diri. Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Rasa ini terkadang berubah. Aku tidak lari. Aku tidak bersembunyi. Tapi apa yang terjadi? Saat Allah berkata jangan, Aku takkan melakukan. Aku berjaga. Aku turut diam. Bahkan ketika kamu menjauhkan diri, Meski rinduku menusuk hati, Aku tidak menuntutmu untuk berbalik. Aku tidak menyerah. Aku hanya pasrah karena Allah. Karena Allah tahu. Karena Allah sudah putuskan. Seharusnya tidak seperti ini. Dari awal angin berhembus menerbangkan dedaunan kering itu, Seharusnya aku tahu, Hatiku milikNya. Dan aku tidak pergi kearah kemana hatiku tidak mengarahkannya. Kini, tinggalah hatiku sendiri. Dan kamu, juga telah tertutup embun