Langsung ke konten utama

Tanpa Batas

Aku merindukanmu dipenghujung malam,
Ketika semua telah hening,
Aku datang kepada-Nya dan membawa namamu bersama rindu dalam panjatan doa.

Aku mengagumimu seperti ini,
Mungkin aku terlalu egois,
Aku mengabaikan semua luka,
Dan tetap menyatakan rindu.

Aku tak tahu,
Bahwa hatiku pada akhirnya harus terluka.
Hanya karena merindukan seseorang,
Hanya karena menyukai seseorang,
Terlebih, orang itu adalah dirimu.

Tetapi tetap tanpa batasan,
Aku masih berdiri dibelakangmu.
Aku menutup mata atas luka.
Aku mengesampingkan air mata.
Aku menepis rasa sakit yang menyeruak didalam dada.

Tanpa batas,
Aku merindukan hari bersamamu.
Salahku, menaruh hati padamu.
Salahku, tak bisa menyerahkanmu pada-Nya selayaknya.

Setiap malam,
Bintang jatuh membawa pesan; Akhiri.
Ya, benar.
Semuanya memang kini telah berakhir tanpa aku akhiri.
Aku tidak menunggumu lagi.
Kini, hanya ada bekas luka disamping rindu yang sama membiru.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seharusnya Tidak Seperti Ini

Aku tidak berbohong, Ketika aku mengatakan tertarik padamu. Aku tidak menyangkal, Bahwa aku memikirkanmu. Tapi setelah terpikirkan kembali, Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Hati dapat terbolak balik. Ketika matahari terbenam, Rinduku tidak ikut membenamkan diri. Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Rasa ini terkadang berubah. Aku tidak lari. Aku tidak bersembunyi. Tapi apa yang terjadi? Saat Allah berkata jangan, Aku takkan melakukan. Aku berjaga. Aku turut diam. Bahkan ketika kamu menjauhkan diri, Meski rinduku menusuk hati, Aku tidak menuntutmu untuk berbalik. Aku tidak menyerah. Aku hanya pasrah karena Allah. Karena Allah tahu. Karena Allah sudah putuskan. Seharusnya tidak seperti ini. Dari awal angin berhembus menerbangkan dedaunan kering itu, Seharusnya aku tahu, Hatiku milikNya. Dan aku tidak pergi kearah kemana hatiku tidak mengarahkannya. Kini, tinggalah hatiku sendiri. Dan kamu, juga telah tertutup embun