Langsung ke konten utama

Postingan

Dear Ayah . . .

*Karya: Delvi Sulistin Monawati* Malaikat penjaga hatiku, Malaikat penghapus luka ku, Malaikat yang siap kapan saja menghapus air mata ku. Dia ku panggil dengan sebutan “Ayah” . Aku hidup bersama ayah. Hanya bersama ayah. Ibu sudah lebih dulu pulang. Ayah adalah segala – galanya untukku. Ayah adalah penyemangat hidup. Penyempurna kekuranganku, Dia segalanya untuk hidupku. Entah aku akan menjadi debu yang sekecil apa jika tak ada ayah? Setiap do’a aku selalu menyebut ayah. Aku selalu meminta agar ayah tak dipanggil dulu dalam waktu dekat ini, meski aku sadar semuanya sesuai kehendak Allah. Ayah, Jika aku harus menurutin semua keinginan ayah, aku akan lakukan demi ayah asal ayah takkan meninggalkanku sendirian. Asal ayah mau menemaniku. Asal ayah tetap menjadi ayah ku yang super hero! Ayah, napasku adalah napas ayah. Jika ayah berhenti berpanas, itu betanda aku juga akan berhenti bernapas. Tanpa napas ayah, aku tak dapat bernapas. Pagi ini, aku
Postingan terbaru

8 Pintu Surga

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa yang menginfakkan hartanya di jalan Allah, niscaya ia akan dipanggil dari pintu-pintu surga: ‘Wahai hamba Allah, ini adalah kebaikan. Barangsiapa termasuk orang yang giat mengerjakan shalat, ia akan dipanggil dari pintu shalat. Barangsiapa termasuk orang yang berjihad, ia akan dipanggil dari pintu jihad. Barangsiapa termasuk orang yang rajin berpuasa, ia akan dipanggil dari pintu ar-Rayyaan. Dan barangsiapa termasuk orang yang gemar bershadaqah, maka ia akan dipanggil dari pintu shadaqah”. (HR. Bukhari-Muslim). 1. Pintu Surga Pertama Pada pintu surga pertama tertuliskan *“Laa illa ha illallah muhammadurrasullullah* yaitu pintunya para Nabi dan Rasul, termasuk pintunya para suhada dan para dermawan. 2. Pintu Surga Kedua Pintu surga selanjutnya khusus untuk orang yang ahli sholat, orang yang memperbaiki wudhunya dan meyempurnakan rukun sholatnya. Dari Uqbah Bin Amir, ia mendapati

#IMISSYOU

Aku kira, Seiring berputarnya waktu, Aku akan mampu melupakan. Aku kira, Dengan perpisahan, Aku sanggup melepaskan. Tapi kenyataannya sekarang, Aku semakin menahan hati. Aku mendorong diri. Aku menusuk rasaku sendiri. Tidak mungkin kembali. Sudah tak mungkin tuk bersama. Kita, ah tidak. Kamu dan aku, Bukanlah untuk bersama. Tidak untuk bersatu. Jika Allah menyatakan ini, Aku akan lalui. Meski perih menjerat hati, Aku merindukanmu tanpa diketahui. Hanya langit yang mendengar. Mendengar lenguhan hatiku memanggil namamu. Mengalirkan air mata tanpa basah dipipi.

Aku Takut

Setiap hari, Kamu mengetuk hati. Semakin hari, Hatiku terketuk. Setiap malam tiba, Rindu mulai membelenggu. Menakutkan. Setelah aku coba untuk membiasakan diri, Aku semakin takut. Aku takut padamu. Ya. Aku takut. Aku takut, Tak bisa mengontrol hatiku sendiri. Rindu yang merajuk, Memintaku untuk mengintip lebih dalam tentangmu. Rindu yang meronta, Memaksaku untuk terus berfikir tentangmu. Menakutkan. Rasa yang kini tlah hadir, Membuatku merindukanmu sepanjang waktu. Memikirkan dirimu tanpa lelah. Tapi saat aku tiba disuatu ruang waktu, Aku teringat, Manusia selalu berubah. Manusia kadang tak dapat bertahan dalam satu perahu selamanya. Menakutkan. Aku takut, Aku takut merindukanmu semakin dalam. Aku takut kamu berubah, Dan akhirnya, aku memalingkan wajah. Jodoh, sampai bertemu diwaktu yang tepat. Sampai nanti, tak ada yang perlu ku takutkan lagi. Saat ini, aku tinggal bersama orang tua angkat ku. Tepatnya, aku tinggal di pondok pesantren sekarang.