Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2014

Dear Ayah . . .

*Karya: Delvi Sulistin Monawati* Malaikat penjaga hatiku, Malaikat penghapus luka ku, Malaikat yang siap kapan saja menghapus air mata ku. Dia ku panggil dengan sebutan “Ayah” . Aku hidup bersama ayah. Hanya bersama ayah. Ibu sudah lebih dulu pulang. Ayah adalah segala – galanya untukku. Ayah adalah penyemangat hidup. Penyempurna kekuranganku, Dia segalanya untuk hidupku. Entah aku akan menjadi debu yang sekecil apa jika tak ada ayah? Setiap do’a aku selalu menyebut ayah. Aku selalu meminta agar ayah tak dipanggil dulu dalam waktu dekat ini, meski aku sadar semuanya sesuai kehendak Allah. Ayah, Jika aku harus menurutin semua keinginan ayah, aku akan lakukan demi ayah asal ayah takkan meninggalkanku sendirian. Asal ayah mau menemaniku. Asal ayah tetap menjadi ayah ku yang super hero! Ayah, napasku adalah napas ayah. Jika ayah berhenti berpanas, itu betanda aku juga akan berhenti bernapas. Tanpa napas ayah, aku tak dapat bernapas. Pagi ini, aku

Give Love [2]

*Next.. Sejak malam itu, aku berpikir bahwa kita akan selalu bersama. aku dan dimas hanyalah sebatas insan yang memadu kasih dan berusaha merencanakan sebelum Allah menentukan jodoh yang memang sudah Ia takdirkan untuk kita masing – masing, tapi aku selalu berdo’a agar Allah mau mendengarkan harapanku dan Dimas yang ingin selalu bersama dan memang ditakdirkan untuk bersama hingga akhir hayat. Pagi ini, di sekolahku adalah hari paling penting. Karena berdasarkan pemberitahuan kemarin, katanya aka nada pengumuman dari seseorang dan terlebih lagi gossip menyatakan bahwa ini moment terpenting dan bersejarah untukku. Aku sempat berpikir, apa ada hubungannya dengan Dimas? “ Liv, ayo kita ke lapangan! Pengumuman segera dimulai! Kalo ketinggalan tar nyesel loh!”. Seru Dimas sembari menarik tanganku. “ Ada apa sih ini?” “ Yang jelas, ini pasti akan menjadi hari bersejarahmu!” “ Kau mengetahui sesuatu?” “ Tentu” “ Lalu, mengapa kau hanya diam dan membuatku bertanya – tany

Give Love [1]

Falling in Love           “ Livi!” Sontak mataku menatap seseorang yang berdiri didaun pintu kelasku. Dia adalah teman baruku. Seseorang yang kini menjadi sahabat karibku, kita baru kenal beberapa hari yang lalu, tapi entah mengapa, dia berbeda. Dia bukan teman musiman, dan bukan juga teman kebutuhan. Tapi dia adalah teman yang selalu ada untukku. Dia selalu disisiku apapun keadaannya.           Semua temanku baik, tapi aku merasakan hal yang beda dengan dia. “ Liv, ke kantin yuk!”. Dia menghampiriku. Menggandeng tanganku. Menarikku menuju kantin sekolah. “ Kamu lapar, apa doyan ?”. Tanyaku melihatnya makan dengan lahap. “ Dua – Duanya Liv, mama ku tadi tak membuatkan ku sarapan, jadi aku kelaparan!” “ Haha kasihan!” “ Kamu sudah sarapan?” “ Sudah” Namanya Dimas. Seperti biasa, dia selalu membuatku merasa berarti dimata orang lain. Meski kadang aku merasa jatuh, tapi lagi – lagi dia mengangkatku dan mengukir senyum diwajahku. Mungkin, semua orang yan