Luka mencekal rinduku pagi tadi.
Menuntut hati untuk membenci.
Kisah lalu memang masih mengiringi.
Bersama dengan amarah yang mengitari.
Hati,
Tidakkah kau ketahui?
Walau seberapa rasanya benci,
Rindu tetaplah menjadi sang penghangat hati.
Walau mungkin ada kecacatan dalam meraih mimpi.
Tapi sungguh, dia selalu menghiasi hati.
Oh, ya.
Kamu?
Bukankah kamu menyadari?
Bahwa semua ini darimu.
Rindu, dan juga luka.
Aku selalu merindukanmu, seperti pagi tadi.
Meski kamu tak mampu merindukan ku lagi.
Dan selalu terngiang dalam pikirku,
Perkataan terakhir perjumpaan kita.
Katamu, semua cerita kita adalah bagian dari delusi ku semata.
Begitu kah?
Komentar
Posting Komentar