Langsung ke konten utama

Pelangi Terakhir



Sudah 3 tahun berlalu saat aku jatuh sakit dulu, aku tak tahu penyakit apa yang di deritaku yang jelas sering kali ku merasakan sesak di dada dan perut sebelah kiriku..
Setiap kali ku memeriksakan ke Dokter, mama papa dan Dokter itu enggan memberitahuku tentang penyakitku, mereka hanya memberitahuku bahwa aku hanyalah kelelahan .. Yang bisa menyemangatiku hanyalah Raffi , teman sejak kecilku yang selalu setia menemaniku saat aku harus keluar masuk rumah sakit .
Setiap sore hari, aku dan Raffi pergi ke tepi danau untuk menyaksikan Pelangi dan kadang – kadang melihat Matahari terbenam,  udara yang sejuk di temani pelangi yang indah .. Sore ini Raffi akan mengajakku lagi ke danau itusetelah 3 tahun ku terbaring di rumah sakit baru kali ini lagi aku ke danau bersama Raffi. Tepat pukul 17.00 raffi dating menjemputku dengan sepedanya.
            “ vit, sore ini adalah sore pertama kita pergi ke danau itu lagi setelah sekian lama kita tak pernah mengunjunginya”
            “ Iya fi aku senang banget bisa kesana lagi J
            “ Apakah kau ingin menyaksikan matahari terbenam ? Masih ingatkah kau saat kita menyaksikan itu 3 tahun yang lalu ?”        
            “ Ya, aku masih ingat betul bagaimana keindahan itu, aku ingin sekali bisa menyaksikan itu lagi”
            “ Ayo kita kesana, akan ku pastikan kau akan menyaksikan lagi indahnya langit di sore hari J
Lalu aku dan Raffi pergi ke tepi danau itu, sebenarnya ingin sekali seperti dulu .. pergi ke danau itu sembari balapan sepeda bersama Raffi, tapi orang tuaku tak mengizinkannya karena kondisiku yang mungkin belum bisa sekuat dulu lagi. Aku hanya bisa duduk di boncengan sepeda Raffi , angina yang tak begitu kencang cukup sedikit membuat tubuhku segar yang sudah lama merindukan suasana seperti ini lagi.
            “ Nah kita sudah sampai Vit, ayo kita duduk disana” .Ucap Raffi sambil menggenjang tanganku turun dari sepeda menuju tepian danau.
Indah..
Sangat indah..
Begitu indah ku pandang, sudah 3 tahun mataku hanya bisa melihat obat – obatan, infusan, alat bantu jantung, suntikan penenang, Dokter, Suster, hmm…
Diiringi kicauan burung yang terbang di atas danau seolah – oleh ikut merayakan kedatanganku disini,
            “ Vit, dulu waktu kamu masih sakit.. Aku sendirian disini, jika aku sedang merindukanmu. Aku pergi ke tepi danau ini berbaring menatap langit senja dan membayangkan kau tersenyum disampingku”
            “ hmm .. aku juga merindukanmu J
            “ Lihat Vit, pelanginya indah sekali, apa kau suka?”
            “ Aku suka sekali dengan pelangi fi , pelangi itu sangat indah, hatiku damai banget melihat pelangi itu”
15 menit berlalu, aku dan raffi berbaring di tepi danau menyaksikan pelangi di langit senja, hmm Tuhan.. aku bahagia disamping Raffi, biarkan aku bersamanya L apa jadinya aku tanpa dia , kuatkan aku untuk berusaha sembuh dan bangkit dari semua ini ya Tuhan …
            “ Vit, apa kau merasakan kerinduanku padamu?”
            “ hmm .. aku juga sangat merindukanmu”
            “ Aku punya satu permintaan untukmu”
            “ Apa?”
            “ Apa kau mau berjanji padaku untuk tetap bertahan hidup bersamaku ? , aku yakin kau bisa melakukan itu Vit,”
            “ aku akan berjuang melawan penyakit ini demi kamu walau aku tak tahu apa yang ku derita ini, tapi apa kau mau berdampingan dengan perempuan yang mengidam penyakit jantung dan ginjal stadium 2 ?apa kau tak malu mempunyai perempuan yang penyakitan?”
            “ Apa yang kau bicarakan Vit? Aku menerimamu apa adanya, aku hanya mencoba jujur, inilah aku.. inilah perasaanku yang sudah ku simpan dari dulu untukmu. Aku tak peduli orang lain, kau harus berjanji jika aku pergi meninggalkanmu untuk sementara kau akan tetap setia padaku seperti aku yang selalu setia padamu sampai saat ini”
Mendengar ucapan itu, aku sangat bahagia .. tapi aku juga bingung dengan perkataan Raffi *jika aku pergi meninggalkanmu untuk sementara*
Lelaki yang selalu ada di sisiku dalam kondisi apapun, lelaki yang tak lain adalah sahabatku dari kecil itu benar – benar mencintaiku, ya Tuhan.. apakah aku sanggup memenuhi janjiku itu? Bantu aku ya Tuhan untuk melawan penyakitku ini, aku tak ingin melihat Raffi bersedih karena aku lagi.

Keesokan harinya ,
Ketika aku baru bangun, ada surat di atas meja dekat minuman ku ,
Ku buka perlahan dan kubaca surat itu, ternyata itu dari Raffi..
Isinya ..
~ Dear, Vitha..
Vitha jujur aku bingung harus berkata apa sama kamu,
tapi aku harus katakana ini padamu.
Vit, mungkn saat kau baca surat dariku ini aku sudah pergi darimu..
Karena aku telah lulus SMA saat kau masuk Rumah Sakit 3 tahun lalu, aku disuruh
Orang tuaku untuk melanjutkan Kuliahku di luar kota,
Sebenarnya mereka menyuruhku kuliah sudah lama tapi aku tak mau
Meninggalkanmu saat kau membutuhkanku,
Sekarang kau kan sudah sembuh jadi aku harus pergi, kemarin aku ingin
Sekali katakana ini padamu, tapi..
Aku tak sampai hati dan tak berani katakan langsung depamu
Aku takut kau sedih, aku tak ingin melihatmu bersedih..
Aku tak akan lama Vit, kamu harus janji
Saat aku liburan nanti dan pulang menemuimu
Kau harus masih seperti yang ku saying,
Masih setia padaku seperti aku setia menunggumu dulu..
Hubungi aku jika kau rindukanku Karena nomor ponselku tak akan
Pernah ku ganti.
Percaya padaku jika aku akan selalu menyayangimu.
Love you ~ Raffi
Sedih , aku tak menyangka akan hal ini..
Aku tak pernah membayangkan hal ini akan terjadi padaku dan raffi, tapi aku juga Sallut pada Raffi yang rela menunda kuliahnya demi menemaniku di Rumah Sakit. Aku janji padamu Fi aku akan selalu menjaga hatiku untuk mu sampai kau kembali untukku.
Aku senang, walau kemarin kau menemaniku di tepi danau adalah ~Pelangi Terakhir~ kita, sebelum kau pergi jauh dariku .
Tapi , aku yakin kau akan kembali hadir disampingku tepat di tepi danau ini kita akan bersama lagi J
I Always In Here For You Boy ~



Created By : Delvi Sulistin Monawati ~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seharusnya Tidak Seperti Ini

Aku tidak berbohong, Ketika aku mengatakan tertarik padamu. Aku tidak menyangkal, Bahwa aku memikirkanmu. Tapi setelah terpikirkan kembali, Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Hati dapat terbolak balik. Ketika matahari terbenam, Rinduku tidak ikut membenamkan diri. Seharusnya tidak seperti ini. Sebagaimana mestinya, Rasa ini terkadang berubah. Aku tidak lari. Aku tidak bersembunyi. Tapi apa yang terjadi? Saat Allah berkata jangan, Aku takkan melakukan. Aku berjaga. Aku turut diam. Bahkan ketika kamu menjauhkan diri, Meski rinduku menusuk hati, Aku tidak menuntutmu untuk berbalik. Aku tidak menyerah. Aku hanya pasrah karena Allah. Karena Allah tahu. Karena Allah sudah putuskan. Seharusnya tidak seperti ini. Dari awal angin berhembus menerbangkan dedaunan kering itu, Seharusnya aku tahu, Hatiku milikNya. Dan aku tidak pergi kearah kemana hatiku tidak mengarahkannya. Kini, tinggalah hatiku sendiri. Dan kamu, juga telah tertutup embun