Cerpen Delvi Sulistin Monawati*
Hidup bersama Mama dan Papa bukankah lebih menyenangkan? lebih
nyaman? aku iri, aku sangat ingin seperti yang lain, dipeluk Mama, dipeluk Papa.
Tapi apa ? mereka tak menyayangiku, rasa sayang mereka kepadaku tak seperti
rasa sayang mereka pada ka Qiara maupun Kak Hyuna, aku selalu dinomor duakan, bahkan
disaat nyawaku terancam, mereka tak pernah memikirkan.
Hal ini dimulai
pada saat aku menginjak umur 8 tahun, Kak Qiara berumur 16 sedangkan Kak Hyuna
berumur 13 tahun, saat itu aku dan mereka baru pulang berlibur dari Korea.
Tiba-tiba, mobil yang membawa kami bertiga itu berguling di perlintasan jalan,
entah apa penyebabnya yang jelas saat itu adalah saat dimana aku baru menyadari
bahwa orang tuaku sendiri seperti tidak menginginkan kehadiranku di dunia ini.
Mobil ambulance itu secepat kilat menolong dan
membawa kak Qiara serta kak Hyuna yang terkujur kaku penuh luka, mama papa juga
ikut bersama mereka. Bagaimana dengan aku? aku masih terbaring berlumuran darah
dan luka di semak - semak yang memang berjarak lumayan jauh dari tempat
kejadian, aku melihat mama papa sangat mengkhawatirkan keadaan kedua kakakku
itu, saat baru saja tiba, mereka langsung mencari Qiara dan Hyuna, tidak satu kalipun
terucap namaku.
Entah apa yang terjadi padaku jika tidak ada
warga yang menolong dan membawaku ke rumah sakit, hingga saat inipun, mereka
masih tak pernah memperhatikanku.
"Hyuna,
Qiara. Segera habiskan sarapanmu dan berangkat sekolah, Pak Fian akan mengantar
kalian," ucap Mama sembari memakan sarapannya.
"Iya,
Ma" jawab Qiara.
"Kyurin, ayo kau juga cepat habiskan makananmu, kita berangkat
bersama," Sambung Qiara sembari menatap mataku, aku hanya mengangguk dan
tersenyum bertanda bahwa aku mengerti ucapannya.
Memang, Qiara dan Hyuna tak seperti Mama-Papaku, mereka sangat
mencintaiku, selalu membelaku. Saat kecelakaan itu pula walaupun dalam kondisi yang
masih lemah, mereka selalu menjengukku saat aku terkulai koma selama hampir
sepekan.
Entah apa yang membuat Mama-Papaku tampak tidak
menyukai dan bersikap acuh padaku.
***
Aku tahu, aku salah, aku telah bersikap tidak adil pada anakku sendiri,
Kyurin. Entah mengapa aku sangat kesal jika melihat matanya, rasanya aku ingin
marah, tapi aku juga tidak dapat membohongi diriku sendiri, bahwa aku sangat
mencintainya sama seperti aku mencintai Qiara dan Hyuna.
Memang Mama yang sesungguhnya adalah ibu yang
sama dengan ibu yang lainnya, ia mencintai semua anak - anaknya tidak ada
bedanya, namun ada satu permasalahan yang membuat semuanya berbeda yang Kyurin
belum tahu sedikitpun.
Jam 14.30 Kyurin dan Hyuna pulang,
"Assalamu'alaikum," Ucapan salamku dan Hyuna ketika hendak
memasuki rumah, namun tampaknya tak ada orang kecuali Bibi, pembantu.
"Wa'alaikumsalam"
Jawab Bibi dan bergegas kembali ke belakang,
"Sepi sekali rumah ini, sudah seperti rumah tak berpenghuni
saja" Ucap Hyuna sembari meletakkan tas nya di atas meja.
"Memang
Mama-Papa kemana ya kak?" Tanyaku.
"Entahlah"
Jawab Hyuna singkat.
"Permisi,
nona ini ada surat dari nyonya dan tuan," Ucap Bibi sembari memberikan Hyuna
selembar surat.
"Assalamu'alaikum,"
"Seperti suara kak Qiara, biar aku bukakan pintu dulu kak,"
ucapku sembari menuju pintu, setelah itu mereka bersama membuka dan membaca
surat itu.
***
Surat Mama-Papa , surat itu begitu panjang
lebar menerangkan dan menunjukkan begitu sayang dan perhatiannya pada kedua
kakakku.
"Kak, apa ada pesan untuk Kyurin dari mama papa?" Ucapku
memecah kesunyian pada saat mereka membaca surat itu.
"Emh, mungkin Mama lupa menulisnya, tapi percayalah padaku bahwa
mereka juga pasti menyayangimu, Kyurin," Jawab Qiara.
Air mataku seketika jatuh, rasanya begitu sakit
membaca surat dari mama untuk anaknya tapi tidak untukku, sempat terlintas
dipikiranku apa mungkin aku bukanlah anak kandungnya? Apa aku hanya anak
manusia yang tak pantas mendapatkan kebahagiaan.
"Sudahlah, Dik! Jangan menangis lagi, untuk apa kau menangis? tak
ada yang perlu ditangisi," ucap Hyuna, menenangkanku.
"Kak, aku masih belum mengerti
dengan semua ini, aku perhatikan sepertinya Mama tak sayang pada Kyurin,"
ucap Hyuna pada Qiara.
"Entahlah, Dik, aku juga tak tahu, tapi
apa ada orang tua yang tidak menyayangi anaknya sendiri? Itu sungguh mustahil,
sekarang kita hanya perlu menjaga Kyurin juga perasaannya," Jawab Qiara.
***
Bukankah menyimpan dendam itu tidak boleh? bukankah tidak ada orang tua
yang tidak mencintai anaknya?
Malam itu, Mama dan Papa sedang menuju
apartemennya tempat mereka tinggal selama di luar kota, mereka sangat bahagia,
tapi seketika mereka menabrak mobil yang berada di hadapannya dan segera di
bawa ke rumah sakit terdekat.
Qiara dan Hyuna juga menuju ke rumah sakit di mana
Mama dan Papa berada , dengan panik, haru, air mata mereka mencoba tegar dan
menenangkan diri saat melihat orang tuanya berjuang melawan maut demi tetap
hidup dan merawat anak - anaknya, namun aku, hanya seorang diri di bus, saat
kedua kakakku itu berangkat, aku sedang tidak ada dirumah, tapi nasib berkata
lain.
Bus yang ditumpangikupun mengalami kecelakaan,
saat berjarak hanya beberapa meter dari rumah sakit itu. Aku berusaha keras
untuk berlari menuju rumah sakit, dengan tubuh yang penuh luka, sakit yang ia
rasa tak ia hiraukan yang ia pikirkan hanyalah melihat dan bertemu dengan orang
tuanya didetik terakhirnya berada didunia ini.
"Mana
Mama Papa? Cepat katakan padaku!" Teriakku dihadapan Hyuna dan Qiara.
Mata kedua kakakku terbelalak ketika melihat sekujur tubuh adiknya ini penuh
luka.
"Dik? Mengapa kau penuh luka? Apa yang terjadi? Cepat ikut aku kau
perlu pertolongan!" Ucap Qiara dan Hyurin keras.
"Aku
harus bertemu Mama-Papa!, di mana mereka?" Jawabku turut keras.
Tak ada yang mampu menghalangiku, sekalipun itu kedua kakak dan dokter,
aku tetap ingin menemui kedua orang tuaku.
"Kyurin, Mama sangat mencintaimu, Mama tidak
membedakanmu dengan mereka, kamu juga
sama, anak Mama. Pasti kamu bertanya mengapa selama ini mama selalu bersikap
seolah - olah Mama tidak mencintaimu,” Ucap Mama dengan lemah.
"Mama tahu, M
"Kyurin, Papa sayang kamu, Papa terima
kamu sebagai anak papa walau pada kenyataannya kamu bukan anak Papa, Papa
selalu mencintaimu," ucap Papa.
"Mama, Papa, aku tak tahu harus berkata
apa, aku sedih, tapi sekaligus bahagia karena mendengar Mama Papa tak pernah
membenci dan sangat mencintaiku, aku juga sangat mencintai Mama-Papa juga kak Qiara dan kak Hyuna, Kyurin selalu
sayang kalian. Jangan lupakan Kyurin dan jangan pernah membenci Kyurin," Ucapku
sembari menatap Mama-Papa dan kedua kakakku itu dengan penuh air mata, namun naas,
setelah itu aku terjatuh lemas, menutup mata, meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.
*
Siswi SMAN 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon, Jawa Barat.
Komentar
Posting Komentar